BVET BUKITTINGGI PELAYANAN PRIMA
Program Autovaksin Untuk Papilomatosis
10452 Admin

Cutaneous papilomatosis atau kutil merupakan tumor kulit yang berbentuk seperti bunga kol, disebabkan oleh Bovine Papilomavirus (BPV) type BPV-1, BPV-2, dan BPV-5 yang termasuk dalam famili Papovaviridae. Kutil hampir ditemui pada semua ternak terutama sapi, kuda, domba, kambing, babi, anjing, dan kucing. Pada ternak sapi umur muda, kutil ditemui pada sekitar leher. Penularan kutil ini dapat melalui kontak langsung, makanan, penggunaan jarum suntik yang berulang dan peralatan kandang lainnya yang terkontaminasi ternak penderita (Meuten, 2002).

Kerugian ekonomis akibat kutil adalah performans ternak sapi terlihat tidak baik karena pertumbuhan kutil yang meluas dipermukaan tubuh. Hal ini secara tidak langsung menurunkan nilai jual ternak sapi tersebut. Nilai jual  ternak sapi muda yang seharusnya dengan nilai jual sapi bakalan, namun karena adanya kutil yang tumbuh  secara meluas, maka ternak sapi tersebut  hanya dinilai dengan harga daging perkilonya.

Pada awal tahun 2013 saat kunjungan team Surveilans dan Monitoring Penyakit Hewan dari Balai Veteriner Bukittinggi (B.Vet) ke Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Padang Mangatas (BPTUHPT) ditemukan beberapa ternak sapi milik BPTUHPT Padang Mangatas terinfeksi kutil. Ketua team Surveilans B.Vet Bukittinggi yang pada saat itu Drh. Yuli Miswati, M.Si kemudian berkoordinasi dengan Kasi Pelayanan Teknis (Yantek) B.Vet Bukittinggi Drh. I Gde Eka Budhiyadnya, M.P tentang cara terapi penyakit kutil tersebut. Oleh Kasi Yantek yang pada 2008 saat mengemban tugas sebagai Koordinator Instalasi Hewan Percobaan telah berhasil menyembuhkan seekor ternak sapi milik B.Vet Bukittinggi dari infeksi kutil dengan terapi autovaksin menyarankan mengisolasi ternak terinfeksi dan melakukan terapi dengan autovaksin. Selanjutnya Drh. Yuli Miswati, M.Si berkoordinasi dengan Kasi Yantek BPTUHPT Padang Mangatas Ir. Yan Hendri, M.Si dan Dokter Hewan yang ada di BPTUHPT Padang Mangatas untuk melakukan isolasi ternak dan melakukan pengambilan kutil sebagai bahan dasar pembuatan Autovaksin yang akan di buat di B.Vet Bukittinggi. Drh. I Gde Eka Budhiyadnya sebagai Kasi Yantek B.Vet Bukittinggi dan sekaligus sebagai penanggung jawab kegiatan surveilan dan minitoring penyakit hewan di BPTUHPT Padang Mangatas periode 2013-2014 secara intensif melakukan koordinasi dalam terapi kutil tersebut.

Awal kegiatan pembuatan autovaksin dilakukan pada Lab. Bakteriologi Tahun 2008, kemudian dilakukan pada Lab. Bioteknologi awal Tahun 2013 dan selanjutnya pertengatahan Tahun 2013 kegiatan pembuatan autovaksin kembali dilakukan pada Lab. Bakteriologi B.Vet Bukittinggi. Mengingat jarak yang cukup jauh antar B.Vet Bukittinggi dan BPTUHPT Padang Mangatas  ± 30 Km, untuk efisiensinya pembuatan autovaksin, maka dilakukan BIMTEK pembuatan autovaksin kepada Drh. Bahagia Sari, Drh. Fatri Alhadi dan 3 orang paramedis BPTUHPT oleh Drh. I Gde Eka Budhiyadnya dan team Lab. Bakteriologi pada pertengahan Tahun 2014. Dari BIMTEK tersebut telah berhasil melakukan pembuatan autovaksin.

Selama 2 tahun terakhir, sapi BPTUHPT Padang Mangatas terinfeksi kutil sebanyak 23 ekor dan telah sembuh sebanyak 20 ekor, sedangkan 3 ekor lagi masih dalam terapi. Dalam program penanganan Cutaneous Papilomatosis di BPTUHPT Padang Mangatas dilakukan isolasi ternak terinfeksi, selanjutnya terapi autovaksin sampai sembuh dan melepaskan kembali ke padang pengembalaan.  

Adapun proses pembuatan dan terapi dengan autovaksin adalah :

  1. Koleksi Kutil. Kutil diambil dari hewan terinfeksi. Sebelum kutil diambil terlebih dahulu dilakukan anastesi lokal dengan lidocain pada lokasi kutil yang akan disayat. Penyayatan dilakukan dengan menggunakan pisau bedah. Setelah kutil diambil dilakukan pembuatan autovaksin dengan metode Budhiyadnya dkk. (2008) dan pembuatan preparat histopatologi dengan metode Mikel (1994).
  2. Pembuatan Autovaksin (Budhiyadnya dkk., 2008).        Pembuatan autovaksin dilakukan melalui tiga langkah yaitu : Koleksi virus (Vallat, 2004)
  3. Kutil terkumpul, ditimbang sebanyak 1gr, masukkan ke dalam lumpang kemudian digerus selanjutnya  ditambahkan PBS Isotonik PH 7 – 7,2 sterill dengan perbandingan 1 : 1 {1 gr sayatan kutil + 1 ml PBS Isotonik PH 7 – 7,2}
  4. Gerusan yang telah tercampur  PBS Isotonik dimasukkan kedalam test tube lalu di sentrifuge 3000 rpm selama 15 menit
  5. Koleksi supernatan kemudian masukkan dalam test tube yang baru ditambah antibiotik {Procaine Penicillin-G (0,1gr/ml) dan Stretomycin Sulfat (0,02gr/ml)} Perbandingan penambahan antibiotik dengan supernatan adalah    1:10  (1 bagian antibiotik + 9 bagian supernatan)
  6. Inaktivasi virus  (Budhiyadnya dkk., 2008) : 10 ml Supernatan yang diperoleh ditambahkan b-propiolactone 10% sebanyak 0,025 % dari volume supernatant (10 ml)
  7. Formulasi autovaksin (Budhiyadnya dkk., 2008) : Virus yang telah di inaktifasi pada suhu 4°C selama 48 jam ditambah Thimerosal 10 %, Selanjutnya tambahkan Al (OH)­3 2 % sebanyak 0,25 % dari volume supernatan (10ml). Divortek setiap 2 jam dalam  suhu 4°C selama 24 jam, Setelah 24 jam  hentikan vortek, selanjutnya berikan Al (OH)3 2%, inkubasi selama 24 jam dalam suhu 4°C, Setelah inkubasi buang supernatan sampai batas endapan Al(OH)3 2%.

Imunoterapi Dengan Autovaksin

Imunoterapi dilakukan dengan cara injeksi autovaksin secara sub kutan (s.c) sebanyak 1ml/20kg berat badan dan pengulangan (booster) satu kali dengan volume yang sama, interval empat minggu setelah dilakukan injeksi pertama. Selanjutnya dilakukan pengamatan selama enam minggu. Booster interval empat minggu dilakukan mendasar pada respon imunitas dan penelitian yang dilakukan Budhiyadnya dkk (2008). Pengamatan enam minggu mendasar pada penelitian Inayat dkk. (1999), Budhiyadnya dkk. (2008), dan Panggty dkk. (2010), yaitu autovaksin mampu meregresi kutil antara empat sampai enam minggu.

Bagikan