BVET BUKITTINGGI PELAYANAN PRIMA
Kajian Epidemiologi Kasus Rabies Di Propinsi Sumatera Barat Tahun 2004 s.d Bulan Juni 2019
1668 admin

Penyakit rabies atau lebih dikenal sebagai penyakit anjing gila adalah penyakit virus menular yang sangat ganas pada hewan mamalia khususnya anjing, kucing dan kera. Penyakit ini bersifat zoonosis (dapat menular ke manusia). Hewan ataupun manusia yang terserang umumnya mengalami kematian dengan gejala-gejala yang sangat mengerikan. Oleh karena itu, penyakit ini merupakan salah satu penyakit strategi di Indonesia yang harus mendapatkan prioritas dalam pengendalian dan pemberantasannya. Program pemberantasan rabies di Indonsia secara umum dilakukan dengan dua cara pendekatan yaitu melalui program eliminasi dengan membunuh hewan peka rabies khususnya anjing liardan atau melalui program vaksinasi rabies secara massal terhadap semua hewan peka rabies (Anonimus, 1988).

Kasus Rabies di Propinsi Sumatera Barat merupakan kasus yang tinggi dibandingkan delapan propinsi lain di Pulau Sumatera, sebagai dampak langsung kebiasaan masyarakat memelihara anjing untuk olahraga berburu. Upaya pembebasan wilayah Sumatera dari penyakit rabies adalah tujuan bersama seluruh instansi terkait Kesehatan Hewan di pulau Sumatera. Dalam Rapat Koordinasi Regional se-Sumatera telah dicanangkan target Sumatera bebas rabies yang sebelumnya ditargetkan tahun 2005 kemudian diundur menjadi tahun 2007. Pada pertemuan Rakor Rabies Se-Sumatera di Aceh diundur lagi menjadi tahun 2015 dan sekarang diundur menjadi tahun 2030. Diharapkan target pembebasan pada tahun tersebut telah diupayakan pencapaiannya oleh masing-masing instansi terkait, baik tingkat propinsi, kabupaten/kota maupun kecamatan melalui berbagai program seperti vaksinasi, sterilisasi dan upaya lainnya.

Tulisan berikut akan mengkaji kecenderungan kasus rabies di wilayah propinsi Sumatera Barat berdasarkan perkembangan data kasus positif rabies sampai tahun 2016. Dari analisa ini, dapat diketahui tingkat kejadian rabies pada masa yang akan datang serta dapatdiketahuiwaktu tercapainya zerro (nol) kasus rabies. Bedasarkan kajian tersebut, upaya-upaya dan program yang telah dijalankan selama ini dapat juga dievaluasi dalam rangka pencapaian target bebas Rabies serta sebagai bahan dalam penyusunan Strategi Pengendalian Rabies di Pulau Sumatera, khususnya pembebasan Rabies di Propinsi Sumatera Barat. 

Kajian dari analisa ini menggunakan sumber data sekunder dari Seksi Informasi Veteriner Balai Veteriner Bukittinggi yang didasarkan atas pengumpulan data  hasil pemeriksaan Rabies yang  dilakukan di Laboratorium Virologi dengan Metode FAT dari tahun 2004 s.d Bulan Juni 2019. Metode yang digunakan untuk menganalisa pola dan kecenderungan jangka panjang kejadian Penyakit Rabies adalah dengan Metode Deret Waktu/Time Series (Thrushfield, 1995) dan kemudian dianalisa berdasarkan Metode Statistik Regresi Linier.

 

Metode yang digunakan untuk menganalisa pola kejadian Kasus Rabies adalah dengan Metode Deret Waktu/TimeSeries (Thrushfield, 1995). Sedangkan Kecenderungan jangka panjang dianalisa berdasarkan Regresi Linier. Kejadian kasus rabies di Propinsi Sumatera Barat dianalisa lebih lanjut dengan Regresi Linier melalui Program Excell. Data yang digunakan adalah data diagnosa positif tiap bulannya selama 16 tahun terakhir (Januari 2004 s.d Juni 2019).  Berdasarkan Analisa Regresi Linier didapatkan hasil bahwa kejadian Rabies di Propinsi Sumatera Barat cenderung menurun sesuai dengan persamaan Y = -8.5x + 190.8, penurunan kasus tidak terjadi secara signifikan.  Jika kasus Rabies yang diharapkan adalah 0 kasus,

Dari persamaan tersebut  yang diasumsikan bahwa penurunannya konstan,maka 0 (nol) kasuspositif Rabies di Propinsi Sumbar baru akan dicapai setelah 22 tahun kemudian. Jika tahun 2004 sebagai awal perhitungan, maka 22 tahun kemudian adalah tahun 2025, hal ini 5 tahun lebih awal jika dibandingkan target tahun 2030 yang ditentukan. Menjelang target pemberantasan dan pembebasaan rabies di Pulau Sumatera pada tahun 2030, kasus rabies masih belum dapat ditekan apalagi dihilangkan di semua propinsi, khususnya di Propinsi Sumatera Barat. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan kejadian rabies di Propinsi Sumbar. Target utama sasaran pemberantasan rabies diarahkan pada vaksinasi dan eliminasi anjing serta sterilisasi hewan produktif.

Melihat fluktuasi kasus Rabies di Propinsi Sumbar setiap tahunnya dari tahun 2004 s.d Juni 2019 yang secara alamiah turun naik, dapat diartikan bahwa program pemberantasan rabies yang dilaksanakan belum dapat memutus atau merubah siklus kejadian rabies di wilayah ini. Hal ini karena program pemberantasan rabies yang dilakukan dengan vaksinasi anjing peliharaan dan eliminasi anjing-anjing liar dalam pelaksanaannya kelihatan mengendur sehingga tidak dapat mengimbangi jumlah pertambahan populasi anjing. Disamping itu, program pembebasan rabies di Propinsi Sumatera Barat selalu mengalami kendala terutama karena kesadaran masyarakat untuk melakukan vaksinasi terhadap hewan peliharaannya masih terbilang rendah. Hal ini disebabkan beberapa kendala dan permasalahan di tingkat pemilikan anjing itu sendiri seperti masalah faktor ekonomi maupun adanya pemahaman yang salah atas efek vaksinasi terhadap kemampuan berburu. Artinya, baik vaksinasi maupun eliminasi belum mampu menurunkan kasus rabies yang masih jauh dari yang kita harapkan, sehingga targetnya 2030 menjadi 0 kasus sangat sulit tercapai. Dengan segala program yang telah dibuat, akan menjadi tugas yang sangat berat dan sulit untuk dicapai karena akan menghadapi kendala non teknis yang cukup sulit yakni pola tingkah laku/perilaku masyarakat yang tidak sejalan dengan salah satu upaya utama pembebasan Rabies yakni vaksinasi. Namun, dengan upaya-upaya yang konsisten tidak menutup kemungkinan upaya pemberantasan dan pembebasan rabies di propinsi Sumatera Barat dapat berhasil dicapai pada masa mendatang. Untuk itu, diperlukan upaya yang lebih keras guna mempercepat upaya pembebasan. Akan tetapi, jika lengah sedikit saja maka upaya pembebasan akan semakin sulit dan kecenderungan terjadinya kasus rabies akan meningkat lagi.

Bagikan