DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
Pengembangan Pengujian Toksikolologi di lab Patologi
Dalam perkembangannya pengujian toksi pada hewan semakin diperlukan di masyarakat. Hal ini karena semakin banyak penggunaan senyawa–senyawa kimia baik untuk keperluan pertanian, industri maupun rumah tangga yang kadang–kadang menjadi penyebab keracunan pada ternak. Selain itu banyaknya kasus keracunan pada ternak yang disengaja (kriminal) juga ikut andil dalam banyaknya kasus keracunan ternak.
Untuk diagnosa keracunan, pertama kali harus mengetahui hasil penyidikan mengenai sejarah kematian (kematian akut atau kronis), gejala klinis, pengamatan patologi anatomi (postmortem findings) atau keadaan lingkungan (industri, pertanian), maka dapat menentukan atau mengarahkan pemeriksaan senyawa toksiknya.
Pada prinsipnya metode analisa senyawa toksik antara lain:
- Metode reaksi kimia (kwalitatif). Mereaksikan sampel yang telah di ekstraksi dengan bahan kimia tertentu sehingga bisa diketahui/diperkirakan kandungan dan sifat kimia bahan sampel yang diuji
- Metode pemeriksaan KIT. Mereaksikan sampel yang telah diekstraksi dengan kit tertentu sehingga diperoleh hasil kadar tertentu atau kandungan zat tertentu, misalnya dengan KIT pHmeter, KIT Nitrat/Nitrit, dll
- Metode Spektrofotometri. Pada prinsipnya adalah mereaksikan sampel yang telah diekstraksi dengan senyawa kimia tertentu sehingga terjadi perubahan warna. Warna yang dihasilkan diukur intensitasnya dengan alat spektrofotometer yang telah ditentukan panjang gelombangnya. Spektrofotometer akan membaca absorben warna sehingga bisa dikonversi dengan absorben pada pengukuran larutan standart
- Metode kromatografi. Kata kunci metode kromatografi ini adalah pemisahan, maksudnya adalah memisahkan senyawa target dengan metode tertentu, sehingga senyawa yang telah terpisah tersebut bisa dianalisa dengan larutan standart. Contoh metode ini adalah KLT (Kromatografi Lapis Tipis) atau TLC (Thin Layer Chromatografi), GC (Gas Chromatografi) dan HPLC
Untuk Balai Veteriner Bukittinggi, yang biasa dilakukan pada pengujian reaksi kimia antara lain uji Chlor, Phosporus, sianida, Zink Phospide, Oksalat, amonia, dll. Pada pemeriksaan ini menggunakan sampel isi rumen/isi lambung, air, hijauan dan material lain yang diduga menjadi penyebab ternak mengalami keracunan misalnya serbuk warna hitam, putih dll yang ditemukan di sekitar kasus kematian ternak.
Pada pengujian menggunakan KIT antara lain pH dan Nitrat–Nitrit. Untuk metode spektrofotometri antara lain Phospor darah, Magnesium darah, Calsium darah, Total Protein metode ini menggunakan sampel uji dari serum. Selain itu pada pengujian amonia dengan pereaksi nesler juga bisa menggunakan spektrofotometer.
Pada pengujian menggunakan metode kromatografi, Balai Veteriner Bukittinggi menggunakan Gas Chromatografi. Sementara ini tersedia metode pengujian insektisida organochlorin dengan parameter standart ɤ-BHC, Heptachlor,Heptachlor epoxide Isomer B, Endrin, Methoxichlor.
- 1231 views