DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
RIAD : Solusi Pengujian Rabies yang cepat, Akurat dan Murah
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis utama yang sampai sekarang menjadi masalah bagi kesehatan hewan dan kesehatan masyaraka di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus family Rhabdoviridae genus Lyssavirus. Virus rabies ditularkan melalui gigitan dan cakaran hewan diduga rabies. Di Indonesia Anjing, kucing dank kera merupakan sumber utama virus rabies. Usaha pengendalian dan pemberantasan telah dilakukan oleh pemerintah pusat, daerah serta lembaga swadaya masyarakat, namun usaha tersebut masih belum dapat menurunkan angka kejadian penyakit rabies secara signifikan. Masih rendahnya kemampuan laboratorium mendiagnosa rabies serta belum tersedianya laboratorium di beberapa daerah endemis rabies merupakan salah satu kendala. Sehingga jika terjadi kasus gigitan hewan yang diduga rabies harus dikirimkan ke laboratorium regional yang memerlukan waktu lama untuk mendapatkan hasilnya. Beberapa laboratorium propinsi, kabupaten/kota sudah dapat mendiagnosa sampel yang diduga rabies, namun masih menggunakan metode sellers yang sudah tidak direkomendasikan lagi oleh organisasi kesehatan hewan dunia (OIE) karena tingkat sensitifitasnya yang rendah.
Metode pengujian antigen rabies yang rutin dilakukan oleh laboratorium di Indonesia antara lain FAT, mouse inoculation, kultur sel, imunohistokimia dan sellers. Sedangkan pengujian antibodi rabies yang rutin dilakukan antara lain Elisa, Virus Netralisasi dan RFFIT. Menurut OIE metode dFAT (direct Fluoresence Antibody Technique) atau yang biasa dikenal dengan FAT merupakan Gold standard dalam pengujian rabies. Di Indonesia FAT ini telah rutin dilakukan oleh Balai Veteriner, Balai Besar Veteriner dan beberapa Laboratorium Kesehatan hewan propinsi dan kabupaten/kota. Metode FAT mempunyai tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi namun memerlukan mikroskop fluoresens dan reagen uji yang cukup mahal, serta memerlukan operator ang terlatih. Laboratorium di propinsi dan kabupaten yang tidak memiliki mikroskop fluoresens masih tetap menggunakan uji sellers untuk mendiagnosa rabies. Seperti diketahui uji sellers lebih murah daripada FAT namun tingkat sensitifitasnya rendah sehinggga hal tersebut masih menjadi kendala dalam diagnosa laboratorium di kabupaten/kota di Indonesia. Pengembangan metode pengujian rabies yang murah namun mempunyai tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi sangat diperlukan.
Balai Veteriner Bukittinggi sebagai laboratorium rujukan penyakit rabies nasional berdasarkan SK Menteri Pertanian No. Tahun 2012 salah satu tugasnya adalah mengembangkan metode uji dalam diagnosa rabies. Sejak tahun 2012 atas kerjasama Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Departemen Pertanian Kehutanan dan Perikanan (DAFF) Australia dalam kerangka kerjasama Australian Indonesia Partnership for Emerging Infectious Diseases (AIP-EID) sub komponen laboratorium telah dilakukan usaha peningkatan kapasitas uji Rabies. Salah satu kegiatannya adalah pengembangan metode Rabies Immunoperoxidase Antigen Detection (RIAD). Dalam kegiatan ini juga dikembangkan kit pengujian RIAD yang diharapkan dapat memudahkan penggunaan uji tersebut di lapangan.
RABIES IMMUNOPEROXIDASE ANTIGEN DETECTION (RIAD)
RIAD merupakan metode uji rabies yang murah namun mempunyai tingkat sensitifitas dan spesifisitas pengujian yang tinggi. Menurut Rahmadani et al (2014) sensitifitas dan spesifisitas RIAD sebesar 100%. Uji ini hanya menggunakan mikroskop cahaya untuk mendiagnosa sampel. Diharapkan uji ini dapat diaplikasikan di laboratorium kabupaten dan kota yang tidak mempunyai mikroskop fluoresens serta menggantikan uji sellers. Bahan dan alat yang
Prinsip Kerja RIAD
Prinsip kerja RIAD sama dengan pewarnaan imunohistokimia yaitu dengan mereaksikan antigen dengan antibodi spesifik rabies. Ikatan antigen-antibodi rabies ditandai adanya perubahan warna dengan penambahan substrat tertentu (AEC). RIAD menggunakan sampel organ otak segar yang di smear pada objek glass yang telah dicoating, sedangkan uji imunohistokimia menggunakan organ yang diblok dengan paraffin cair. Hasil uji RIAD dianalisa dengan menggunakan mikroskop cahaya.
- 4482 views