DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
Pengaruh Maternal Antibodi Terhadap Efektifitas Vaksinasi Pada Broiler (Effect of Maternal Antibodies on Vaccination Effectiveness in Broilers)
Sistem pemeliharaan ternak ayam pada peternakan ini menggunakan kandang close house atau kandang tertutup yang merupakan sebuah solusi dari permasalahan yang timbul dalam pengendalian penyakit (Gambar 1). Salah satu permasalahannya yaitu cuaca yang selalu berubah-ubah ataupun cuaca yang sangat ekstrim yang membuat kemungkinan memelihara ayam itu menjadi sebuah hal yang sangat sulit dilakukan. Penerapan kandang close house secara tidak langsung dapat mengurangi faktor cuaca yang dapat mempengaruhi performa ayam dan meningkatkan kapasitas dari kandang tersebut (Wahyu, 2022)
Salah satu faktor penting yang justru kurang diperhatikan dalam program vaksinasi adalah keberadaan antibodi yang berasal dari induk atau antibodi maternal. Baik embrio unggas maupun unggas muda mendapatkan imunitas pasif melalui transfer antibodi induk dari serum ke kuning telur. Anak ayam boleh divaksinasi setelah titer antibodi asal induknya menurun karena hal ini akan menentukan respon ayam terhadap vaksinasi yang diberikan. Respons antibodi dinyatakan positif dan protektif apabila sesuai dengan standar ASEAN, untuk penyakit AI dan ND pada ayam apabila memiliki titer antibodi lebih besar dari 16 HI Unit atau 4 HI log 2 (ACFAF, 2012). Uji HI lebih sering digunakan untuk menentukan titer antibodi virus AI dan ND karena sifatnya yang spesifik, mudah dilakukan, dan biaya yang dibutuhkan murah (Nursahara, 2019 dalam Ida, et al, 2023).
Hasil pengujian titer antibodi ternak ayam pada penelitian ini menunjukkan hasil seronegatif AI tipe H5N1 clade 213 sebanyak 60 ekor, titer antibodi seropositif terhadap AI tipe H5N1 clade 232 sebanyak 60 ekor, titer antibodi seropositif AI tipe H9 sebanyak 60 ekor, titer antibodi seropositif ND sebanyak 2 ekor dan titer antibodi seronegatif ND sebanyak 58 ekor (Tabel 1).
Hasil keseluruhan yaitu sebanyak 60 ekor seronegatif AI subtype H5N1 clade 213 menunjukkan bahwa ternak ayam tanpa vaksinasi AI subtype H5N1 clade 213 sehingga tidak terbentuk antibodi. Tidak terbentuknya titer antibodi ini dikarenakan ternak tidak divaksinasi dan tidak terbentuknya antibodi maternal dikarenakan Grand Parent Stock (GPS) ataupun Parent Stock (PS) juga tidak divaksin AI subtipe H5N1 clade 213. Hal ini didukung oleh Alviana dan Novarina (2021) yang menyatakan bahwa imunitas yang didapat oleh individu setelah pertama kali terpapar antigen atau vaksinasi akan membentuk antibodi. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa tanpa vaksinasi ataupun tanpa paparan antigen, antibodi tidak akan pernah terbentuk.
Hasil keseluruhan yaitu sebanyak 60 ekor seropositif AI subtipe H5N1 clade 232 dan AI tipe H9 menunjukkan bahwa ternak ayam tanpa vaksinasi H5N1 clade 232 dan AI tipe H9 terdeteksi titer antibodi. Hal ini dikarenakan ada perolehan antibodi secara horizontal dari induk ke anak yang disebut dengan antibodi maternal. Hal ini didukung oleh Ida, et al. (2023) yang menyatakan bahwa rataan titer antibodi maternal pada umur 7 hari memiliki titer antibodi maternal yang cukup tinggi kemudian mengalami penurunan yang cukup signifikan pada umur 14 hari dan mengalami penurunan kembali pada umur 21 hari. Kinetika penurunan antibodi maternal berkorelasi dengan jumlah antibodi maternal yang ada pada awal kelahiran di mana titer yang lebih tinggi bertahan untuk waktu yang lebih lama
Hasil uji ternak ayam sebanyak 60 ekor terhadap ND menunjukkan 2 ekor seropositif dan 58 ekor seronegatif. Ini menunjukkan bahwa vaksinasi yang dilakukan secara spraying diumur 1 hari menurunkan imunitas dari antibodi maternal yang seharusnya terbentuk. Hal ini didukung oleh Ida, et al (2023) yang menyatakan bahwa rata-rata antibodi yang diturunkan dari induk ke anak adalah 60-70% dari titer antibodi induk. Pada Ayam broiler berumur 1 hari memiliki titer antibodi maternal yang tinggi dan positif. Tingkat penurunan antibodi maternal menjadi setengahnya terjadi sekitar setiap 7 hari. Menurut Kencana, et al. (2017) menyatakan bahwa titer antibodi yang masih tinggi pada saat vaksinasi nantinya dapat menetralkan antigen yang terdapat dalam vaksin yang digunakan sehingga akan mengakibatkan berkurangnya respon imun terhadap vaksinasi yang diberikan. Menurut Permana, et al. (2023) antibodi yang diperoleh secara pasif dalam hal ini antibodi maternal dapat menghambat pembentukan imunoglobulin, sehingga antigen vaksin akan ternetralisir (Permana, et al, 2023).
Adanya perbedaan respon imun pasca vaksinasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kemungkinan perbedaan sifat antigenik antara virus yang ada pada vaksin, kualitas dari antigen, dan kandungan dari adjuvant yang ada dalam vaksin. Titer antibodi ayam yang ada di lapangan jangan sampai 0 karena ayam sangat rentan tertular penyakit infeksius sebaliknya, titer antibodi yang terlalu tinggi juga tidak disarankan karena dapat mengakibatkan vaksin yang diberikan tidak efektif karena dianggap sebagai infeksi (Alviana dan Novariana, 2021)
Hasil uji titer antibodi pada ternak ayam yang tidak dilakukan vaksinasi AI subtipe H5N1 clade 2.3.2 dan AI subtipe H9 namun dilakukan vaksinasi pada GPS dan PS secara menyeluruh menunjukkan adanya titer antibodi protektif 100% sampai dengan umur 22 hari sedangkan pada ternak ayam yang divaksin ND pada umur 1 hari dengan GPS dan PS divaksinasi menunjukkan titer antibodi protektif 3%. Pada ternak ayam dengan GPS dan PS tanpa vaksinasi dan tidak dilakukan vaksinasi pada masa pemeliharaan menunjukkan titer antibodi protektif 0%.
- 698 views