DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
Analisis Spasial Hasil Monitoring Pasca Vaksinasi PMK di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2022-2023
Tri Susanti1, Rina Hartini1, Yuli Miswati3, Yul Fitria4
Penyakit Mulut dan Kuku merupakan penyakit wabah baru di Indonesia setelah Indonesia dinyatakan bebas PMK tahun 1989. Kasus pertama kali di laporkan di Provinsi Jawa Timur pada bulan Januari 2022 dan untuk wilayah BVet Bukittinggi kasus pertama kali dilaporkan di Provinsi Sumatera Barat pada bulan Mei 2022. Sumatera Barat merupakan provinsi dengan jumlah ternak rentan dan laporan kasus PMK tertinggi di wilayah kerja BVet Bukittinggi sehingga perlu menjadi prioritas dalam kegiatan pengendalian PMK supaya tidak menyebar luas di provinsi ini. Kegiatan pengendalian penyakit PMK sudah mulai dilakukan setelah adanya wabah PMK. Salah satunya adalah dengan pelaksanaan vaksinasi PMK secara massal. Olehkarena itu, artikel ini bertujuan untuk melakukan analisis spasial terhadap hasil monitoring pasca vaksinasi PMK yang sudah dilakukan dari tahun 2022-2023 di Provinsi Sumatera Barat. Sehingga diharapkan dapat menjadi acuan untuk perencanaan program pengendalian dan pencegahan penyakit PMK selanjutnya di provinsi ini dan juga di provinsi lainnya serta ke depannya dapat mencapai status bebas PMK kembali di daerah kita. Studi ini menggunakan data sekunder yaitu berupa data % proporsi hasil uji positif PCR PMK, seropositif elisa PMK NSP dan SP tahun 2022-2023. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analsis Autokorelasi Spasial Global dan Lokal. Hasil studi dari analisis autokorelasi spasial global menunjukkan pola random untuk % positif uji PMK PCR tahun 2022-2023 serta % seropositif elisa PMK NSP tahun 2023. Sedangkan untuk % positif elisa PMK NSP tahun 2022 dan elisa PMK SP tahun 2022-2023 membentuk pola mengelompok. Hasil analisis LISA dari % positif PMK PCR menunjukkan kluster kecamatan yang masuk kategori hotspot dan outlier low high di tahun 2023 berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2023. Begitu juga dengan hasil analisis LISA dari % seropositif elisa NSP PMK tahun 2023, jumlah kecamatannya juga berkurang. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah hotspot (daerah tinggi kasus yang dikelilingi daerah tinggi kasus) jumlahnya berkurang. Selanjutnya, dari analisis LISA pada % seropositif elisa SP PMK menunjukkan korelasi negatif (berbanding terbalik dengan hasil PCR PMK dan elisa NSP PMK) yaitu jumlah daerah hotspot (daerah protektifitas tinggi dikelilingi daerah protektiftas tinggi) meningkat dan daerah coldspot (daerah protektifitas rendah dikelilingi daerah protektiftas rendah) jumlahnya menurun di tahun 2023 jika dibandingkan tahun 2022. Pola random mengindikasikan penyebaran virus PMK yang terjadi secara masif dapat dihambat melalui program vaksinasi massal di provinsi ini. Akan tetapi infeksi masih ditemukan dengan pola acak di beberapa kecamatan yang kemungkinan terjadi karena kegiatan vaksinasi belum terlaksana secara serentak dan merata. Penurunan jumlah kluster hotspot kecamatan dari % positif PMK dan seropositif antibodi non spisifik PMK kemungkinan dapat terjadi karena sudah dilaksanakannya kegiatan vaksinasi di tahun 2022 dan 2023 dan menunjukkan % protektifitas yang tinggi sehingga dapat menurunkan tingkat infektifitas PMK di lapangan.
Kata Kunci: Autokorelasi Spasial, Indeks Moran, PMK
Pembahasan
Hewan yang terinfeksi virus PMK akan menghasilkan antibodi Non Structural Protein (NSP) yang dapat digunakan sebagai indikator infeksi virus PMK dan antibodi Structural Protein (SP) yang berhubungan dengan tingkat kekebalan terhadap infeksi serotipe virus PMK (Sari, et al, 2023). Konfirmasi laboratorium diagnosa dugaan PMK melibatkan deteksi dan identifikasi bahan virus dalam sampel hewan atau keberadaan antibodi spesifik terhadap protein struktural (SP) pada hewan yang divaksinasi dan terinfeksi serta keberadaan antibodi spesifik terhadap protein non-struktural (NSP) pada hewan yang terinfeksi dalam sampel serum. Metode deteksi yang menargetkan SP FMDV saja tidak dapat membedakan antara hewan yang terinfeksi dan yang divaksinasi. Meskipun SP dan NSP FMDV bersifat imunogenik, hanya SP yang berfungsi sebagai imunogen utama untuk induksi respons protektif. Dengan demikian, hasil uji elisa NSP dapat memungkinkan menjadi DIVA melalui deteksi diferensial antibodi spesifik NSP pada hewan yang terinfeksi FMDV (Wong, et al., 2020).
Kegiatan vaksinasi PMK di Provinsi Sumatera Barat sudah dilaksanakan sejak tahun 2022 sampai tahun 2023. Berdasarkan hasil monitoring pasca vakasinasi PMK, persentase proporsi positif PMK berdasarkan uji PCR dan juga elisa NSP menunjukkan persentase yang rendah yaitu PCR PMK 9,9 % dan 6% dan Elisa NSP PMK 26,4% dan 31,3% tahun 2022-2023. Jika dibandingkan dengan % seropositif Elisa SP, uji ini menunjukkan persentase yang cukup tinggi yaitu 90,2 dan 81,6 tahun 2022-2023. Peta persentase proporsi hasil pengujian PMK pada kegiatan monitoring PMK BVet Bukittinggi tahun 2022 dan 2023 dapat dilihat pada Gambar 2. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa persentase yang tinggi adalah dari % seropositif uji Elisa PMK SP (persentase ternak yang memiliki antibodi spesifik terhadap PMK lebih tinggi dibandingkan dengan persentase ternak yang memiliki antibodi non spesifik PMK). Hal ini mengindikasikan bahwa ternak yang sudah divaksinasi memiliki tingkat protektifitas yang baik dalam melawan PMK yang dibuktikan dengan rendahnya persentase proporsi ternak yang memiliki kekebalan non spesifik dari hasil uji elisa PMK NSP dan juga rendahnya proporsi ternak yang positif PMK dari hasil uji PCR PMK. Dalam hal ini kita dapat mengetahui bahwa kegiatan vaksinasi PMK merupakan kegiatan yang paling efektif dalam mencegah penularan PMK di suatu wilayah. Sehingga kegiatan vaksinasi ini harus terus dilaksanakan secara terprogram seperti adanya program vaksinasi ulang (booster) karena kekebalan akibat vaksinasi PMK bertahan sekitar 4-6 bulan serta cakupan vaksinasi minimal harus 80% supaya PMK ini dapat dikendalikan dan dicegah penyebarannya ke suatu wilayah serta dapat diupayakan kegiatan pemberantasan dan pembebasan PMK kembali di seluruh wilayah Indonesia (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2022).
Pola yang terbentuk dari hasil pemeriksaan PCR, Elisa PMK SP dan NSP adalah pola random untuk % seropositif PCR PMK 2022 dan 2023 dan pola mengelompok (kluster) untuk % seropositif elisa PMK NSP 2023 sedangkan elisa NSP 2022 dan Elisa PMK SP 2022 dan 2023 membentuk pola kluster (Gambar 3). Pola random menunjukkan bahwa kemungkinan hewan yang terinfeksi PMK dengan proporsi yang hampir sama, ada yang mengelompok dan ada juga yang menyebar yang mengindikasikan bahwa daerah berdekatan memiliki karakteristik yang tidak sama. Sedangkan pola mengelompok menunjukkan bahwa lokasi daerah dengan proporsi yang hampir sama berapa di daerah yang berdekatan. Terbentuknya pola random dari % positif PMK PCR dan % seropositif Elisa PMK NSP ini, kemungkinan terjadi karena kegiatan vaksinasi sudah dilakukan akan tetapi belum terlaksana merata sehingga beberapa daerah ternaknya masih ada yang terinfeksi oleh virus PMK. Penyakit PMK di daerah yang sudah dilakukan vaksinasi kemungkinan penyebaran virusnya dapat dihambat dan hewan yang protektif dapat memutuskan mata rantai penyebaran ke daerah di terdekat di sekitarnya. Pola random ini mengindikasikan bahwa lokasi yang berdekatan tidak memiliki korelasi positif yang kemungkinan disebabkan karena beberapa daerah yang berdekatan memiliki persentase positif yang beragam (masih ditemukannya infeksi PMK pada ternak dengan persentase yang beragam) sehingga tidak terbentuk suatu pola penyebaran yang random. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena kegiatan vaksinasi massal yang dilaksanakan belum terlaksana dalam waktu yang sama atau tidak serentak di beberapa kecamatan karena keterbatasan jumlah petugas kesehatan hewan dalam melaksanakan vaksinasi serentak ini. Di samping itu, kemungkinan terjadi karena terdapat beberapa peternak tidak mau ternaknya untuk divaksinasi sehingga masih ditemukannya virus PMK di lapangan pada ternak dari pemeriksaan PCR atau ditemukannya antibodi non spesifik dari uji elisa PMK NSP. Selanjutnya, untuk elisa untuk Elisa PMK SP membentuk pola kluster yang mengindikasikan bahwa daerah-daerah berdekatan memiliki tingkat protektifitas PMK yang sama (memiliki korelasi positif atau saling berkaitan). Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya hubungan kedekatan lokasi yang memiliki faktor risiko yang sama atau mirip seperti kondisi lingkungan atau geografi, sosial budaya, cuaca atau iklim serta kepadatan ternak (Souris, 2019). Pola ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kluster-kluster daerah dengan tingkat protektifitas yang tinggi (hotspot) dan kluster daerah dengan tingkat protektifitas yang rendah (cold spot) sehingga diharapkan dapat digunakan untuk menentukan skala prioritas dalam program pengendalian PMK di suatu daerah.
Hasil analisis LISA pada % positif hasil uji PMK PCR menunjukkan kluster kecamatan yang masuk kategori hotspot dan outlier low high di tahun 2023 berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2023. Begitu juga dengan hasil analisis LISA dari uji elisa NSP PMK tahun 2023 juga berkurang (Tabel 2 dan 3). Hal ini mengindikasikan bahwa daerah hotspot (daerah tinggi kasus yang dikelilingi daerah tinggi kasus) jumlahnya berkurang. Ini kemungkinan dapat terjadi karena sudah dilaksanakannya kegiatan vaksinasi di tahun 2022 dan 2023 yang sudah membentuk kekebalan atau protektifitas ternak terhadap PMK. Selanjutnya, jika dilihat hasil analisis LISA pada uji elisa SP PMK pada tabel 4, menunjukkan korelasi negatif (berbanding terbalik) dengan hal uji elisa PMK SP yaitu jumlah daerah hotspot (daerah protektifitas tinggi dikelilingi daerah protektiftas tinggi) jumlahnya meningkat dan daerah coldspot (daerah protektifitas rendah dikelilingi daerah protektiftas rendah) jumlahnya menurun di tahun 2023 jika dibandingkat tahun 2022. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan vaksinasi meningkatkan protektiftas terhadap PMK terbukti dapat menurunkan tingkat infektifitas PMK di lapangan. Untuk daerah hotspot dari uji elisa PMK SP harus terus dipertahankan untuk memutus mata rantai penyebaran PMK ke daerah lain di sekitarnya yaitu dengan melaksanakan kegiatan vaksinasi berkelanjutan dan terprogram sehingga daerah yang ternaknya sudah memiliki tingkat protektifitas ternak yang baik dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan sampai virus PMK tidak ditemukan lagi dilingkungan (tidak dapat bertahan lagi di lingkungan).
Daerah yang masuk kluster outlier high low dari uji PMK PCR dan elisa PMK NSP serta kluster outlier low high dari hasil uji elisa PMK SP, daerah sekitarnya dapat menjadi barier sehingga penyebaran penyakit daerah daerah tinggi kasus dapat dihambat. Selanjutnya untuk daerah yang masuk kluster outlier low high dari uji PMK PCR dan elisa PMK NSP serta kluster outlier high low dari hasil uji elisa PMK SP, memiliki risiko yang tertinggi tertular kecamatan tetangganya sehingga daerah ini perlu menjadi prioritas pengendalian untuk menjadi daerah tertulah.
- 24 views