DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
Analisa Hasil Surveillans Penyakit Mulut dan Kuku di Provinsi Jambi Tahun 2023
Rina Hartini(1), Tri Susanti(1), Cut Irzamiati (1), Budi Santosa(2), Yul Fitria(3), Yuli Miswati(4)
Intisari
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan penyakit yang menyerang hewan berkuku belah. Penyakit PMK saat ini tengah mewabah di negara kita dan untuk Provinsi Jambi kasus pertama kali dilaporkan pada Bulan Mei 2022. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menganalisa hasil surveilans PMK (laporan iSIKHNAS) dan monitoring paska vaksinasi PMK untuk mengetahui efektivitas program vaksinasi serta monitoring virus karier pasca vaksinasi PMK di Provinsi Jambi tahun 2022. Sehingga diharapkan dapat menjadikan acuan untuk program pengendalian dan pencegahan PMK ke depannya. Analisa hasil surveilans PMK ini menggunakan sumber data laporan sindrom prioritas dari web iSIKHNAS Provinsi Jambi dan data hasil monitoring pasca vaksinasi PMK Balai Veteriner Bukittinggi periode Bulan Mei sampai Desember 2022. Laporan Sindrom Prioritas PMK provinsi Jambi dilaporkan pertama kali ke iSIKHNAS oleh petugas Kab. Muaro Jambi pada tanggal 13 Mei 2022 di Kecamatan Bahar Selatan, Desa Bukit subur pada 1 ekor Sapi Simental. Kasus kedua dilaporkan pada tanggal 18 Mei 2022 di Kab. Sarolangun Kecamatan Air Hitam, Desa Bukit Suban pada 5 ekor Sapi Bali dan selanjutnya menyebar ke Kab/Kota yang lain. Sebanyak 3.318 ekor hewan yang dilaporkan PMK dengan jumlah kejadian sebanyak 691 ID kasus yang tersebar di 10 kab/kota, 56 kecamatan dan 197 desa. Kabupaten yang tidak ada kasus yang dilaporkan ke iSIKNAS adalah Kab. Bungo. Persentase kasus tertinggi ditemukan di Kota Jambi yaitu 11,44% dan Kab. Muaro Jambi 6,25% yang merupakan kabupaten yang pertama kali dilaporkan adanya kasus PMK. Jumlah Ternak yang divaksin sebanyak 66.668 ekor dari total populasi rentan sebanyak 186.095 ekor atau 36%. Hal ini belum memenuhi strategi vaksinasi yang setidaknya minimal mencakup 90% populasi target populasi ternak rentan dengan hasil seropositif minimal 75%. Sampel serum dilakukan pengujian Elisa SP sebanyak 4.496 sampel dan pengujian Elisa NSP sebanyak 4.514 sampel. Hasil pengujian Elisa SP diperoleh hasil 90,61% seropositif yang menunjukkan bahwa efektifitas vaksinasi baik, kekebalan hampir merata dan ternak yang divaksin memiliki perlindungan atau kekebalan antibodi untuk melindungi hewan dari virus PMK. Hasil Pengujian Elisa NSP diperoleh hasil 26,56% seropositif. Hasil ini menunjukkan bahwa ada 26,56% sampel yang terdapat antibodi terhadap virus PMK di luar yang diproteksi oleh vaksin yang diberikan. Sampel swab oropharing diambil menggunakan probang sebanyak 1.091 sampel. Hasil pengujian dengan metode PCR diperoleh hasil 9,62% positif. Hasil ini menunjukkan bahwa sirkulasi virus PMK masih terdeteksi pada ternak yang telah sembuh dari PMK.
Kata kunci : Jambi, PMK, Surveillans
Hasil dan Pembahasan
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau Foot and Mouth Disease merupakan penyakit yang menyerang hewan berkuku belah. Penyakit PMK saat ini tengah mewabah di negara kita berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 5001/KPTS/PK.300/M/06/2022 tentang penetapan daerah wabah PMK (Foot and Mouth Disease) tanggal 25 Juni 2022. Perkembangan kasus dan perluasan daerah wabah PMK sangat cepat di Indonesia. Oleh karena itu untuk mencegah kerugian ekonomi yang lebih besar disektor peternakan, diperlukan serangkaian strategi tindakan pengendalian dan penanggulangan PMK. Salah satunya melalui vaksinasi, sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 47 tahun 2014 tentang pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan. Vaksinasi telah dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 517/KPTS/PK.300/M/7/2022 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Pertanian nomor 510/KPTS/PK.300/M/6/2022 tentang vaksinasi dalam rangka penanggulangan PMK. Sesuai dengan Kepmentan ini, maka BBVET/BVET melakukan monitoring pasca vaksinasi untuk memastikan efektifitas program vaksinasi.
Populasi ternak yang rentan terhadap PMK di Provinsi Jambi yang terbesar adalah sapi, kerbau dan sapi perah. Populasi rentan lainnya adalah kambing, domba, dan babi. Oleh karena populasi ternak rentan yang tinggi di provinsi ini, upaya penanggulangan outbreak PMK ini telah diprioritaskan untuk dibuatkan ditarget pelaksanaan vaksinasi PMK di provinsi ini. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menganalisa hasil surveilans PMK (laporan iSIKHNAS) dan monitoring paska vaksinasi PMK untuk mengetahui efektivitas program vaksinasi serta monitoring virus karier paska vaksinasi PMK di Provinsi Jambi Tahun 2022. Sehingga diharapkan dapat menjadikan acuan untuk program pengendalian dan pencegahan PMK ke depannya.
Surveilans merupakan bagian yang sangat penting dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan. Surveilans adalah pengumpulan data, analisis informasi yang berkaitan dengan penyakit hewan secara sistematis dan terus–menerus, serta distribusi informasi secara tepat–waktu sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan/tindakan yang tepat.
Indonesia telah mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS) untuk menguatkan sistem pelaporan dalam jejaring surveilans. Penggunaan iSIKHNAS harus dioptimalkan untuk mengelola dan menganalisis data surveilans aktif dari lapangan. Laporan sindrom prioritas PMK Provinsi Jambi dilaporkan pertama kali ke iSIKHNAS oleh petugas Kab. Muaro Jambi pada tanggal 13 Mei 2022 di Kecamatan Bahar Selatan, Desa Bukit Subur pada 1 ekor Sapi Simental. Kasus kedua dilaporkan pada tanggal 18 Mei 2022 di Kab. Sarolangun Kecamatan Air Hitam, Desa Bukit Suban pada 5 ekor Sapi Bali dan selanjutnya meyebar ke Kab/Kota yang lain. Berdasarkan laporan prioritas iSIKHNAS, Balai Veteriner Bukittinggi melakukan investigasi pengambilan sampel dan mengumpulkan data untuk dikonfirmasi secara laboratorium terhadap dugaan penyakit PMK.
Sebanyak 3.318 ekor hewan yang dilaporkan PMK dengan jumlah kejadian sebanyak 691 ID kasus yang tersebar di 10 kab/kota, 56 kecamatan dan 197 desa. Kabupaten yang tidak ada kasus yang dilaporkan ke iSIKNAS adalah Kab. Bungo. Dilihat dari Gambar 3 dan 4 dapat diketahui bahwa puncak kasus dan kejadian PMK tahun 2022 terjadi pada bulan Juni dan Juni kemudian bulan Agustus–Desember mengalami penurunan.
Diagnosa definitif PMK dilaporkan oleh Dokter hewan lapangan dengan format laporan DX ke iSIKHNAS. Diagnosa definitif adalah penyakit yang disimpulkan sebagai penyebab utama munculnya tanda atau sindrom atau berdasarkan hasil observasi lapangan dan/atau laboratorium. Diagnosa definistif PMK adalah kasus PMK yang telah dilaporkan oleh petugas dengan sindrom pincang, air liur dan lepuh dan hasil konfirmasi laboratorium positif PMK. Di samping itu juga bisa pada kasus yang terjadi di wilayah sudah pernah terkonfirmasi PMK. Diagnosa definitif di Provinsi Jambi tahun 2022 dapat dilihat pada tabel 3. Persentase kasus tertinggi ditemukan di Kota Jambi yaitu 11,44% dan Kab. Muaro Jambi 6,25% yang merupakan kabupaten yang pertama kali dilaporkan adanya kasus PMK.
Kasus PMK yang telah dilaporkan dan dilakukan penanganan oleh petugas lapangan dilanjutkan dengan laporan perkembangan kasus. Laporan perkembangan kasus adalah laporan yang menggambarkan kondisi hewan setelah dilakukan penanganan, apakah hewannya sembuh, masih sakit atau mati. Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase kesembuhan hewan yang pernah terdiagnosa PMK sangat tinggi yaitu sebesar 94% dari total ternak yang dilaporkan, dipotong sebasar 2,6% dan mati menunjukkan persentase yang sangat kecil sebesar 0,3%.
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 517/Kpts/PK.300/M/7/2022 tentang vaksinasi dalam penanggulangan PMK. Vaksinasi PMK merupakan upaya pencegahan penularan PMK yang tujuannya untuk memberikan pengebalan terhadap hewan rentan dan mencagah penyebaran lebih luas. Capaian vaksinasi dan hasil monitoring post vaskinasi PMK Provinsi Jambi tahun 2023 dapat dilihat pada tabel 5. Jumlah ternak yang divaksin sebanyak 66.668 ekor dari total populasi rentan sebanyak 186.095 ekor atau 36%. Hal ini belum memenuhi strategi vaksinasi yang setidaknya minimal mencakup 90% populasi target populasi ternak rentan dengan hasil seropositif minimal 75%.
Keberhasilan program vaksinasi dipantau dengan kegiatan monitoring dan evaluasi pasca program vaksinasi PMK sesuai dengan SE DRIJEN PKH No. 9667/2022. Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur tingkat kekebalan kelompok dan memastikan apakah vaksinasi berjalan baik dengan tingkat kekebalan kelompok sekurang–kurangnya 75%. Vaksinasi pertama dilakukan bervariasi, sebagian besar dilakukan pada bulan Agustus 2022 dan dilanjutkan dengan vaksinasi kedua (booster) pada bulan September 2022. Pengambilan sampel dilaksanakan dalam rentang waktu bulan Oktober sampai Desember 2022. Sampel serum diuji dengan metode ELISA tipe O dan NSP, hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar 5.
Sampel serum yang dilakukan pengujian Elisa SP sebanyak 4.496 sampel dan pengujian Elisa NSP sebanyak 4.514 sampel. Hasil pengujian Elisa SP diperoleh hasil 90,61% seropositif yang menunjukkan bahwa efektifitas vaksinasi baik, kekebalan hampir merata dan ternak yang divaksin memiliki perlindungan atau kekebalan antibodi untuk melindungi hewan dari virus PMK. Hasil pengujian Elisa NSP diperoleh hasil 26,56% seropositif. Hasil ini menunjukkan bahwa ada 26,56% sampel yang terdapat antibodi terhadap virus PMK di luar yang diproteksi oleh vaksin yang diberikan.
Sampel swab oropharing diambil menggunakan probang sebanyak 1.091 sampel. Hasil pengujian dengan metode PCR menunjukkan persentase positif yaitu 9,62%. Hasil ini menunjukkan bahwa sirkulasi virus PMK masih terdeteksi pada ternak yang telah sembuh dari PMK.
- 13 views